TEDONG TANA TORAJA
Upacara kematian “Rambu Solo” ini t dilaksanakan berdasarkan status sosial
yang meninggal sehingga pesta yang besar hanya dapat dilaksanakan kalangan atas
saja, dan pesta yang paling tinggi disebut “Rapasan Sapu Randanan” dimana
pestanya berlangsung 1 minggu dan menghabiskan ratusan ekor kerbau dan ribuan
ekor ternak Babi. Pesta semacam ini dapat menghabiskan dana sampai puluhan
milyar rupiah, dan konon kabarnya sebelum masyarakat Toraja mengenal peri
kemanusiaan hamba yang meninggal ikut dikorbankan 1 orang yang akan
mengawal yang meninggal sampai di” Puya” atau Nirwana. Tempat pelaksanaan
pesta semacam ini umumnya dilaksanakan di suatu lapangan yang disebut “rante”
dimana pada tempat ini dibangunpondok-pondok yang dapat menampuing tamu selama
pesta berlangsung. Tamu yang datang tergantung dari jumlah kerabat dan diikuti
sanak saudara yang jumlahnya bisa mencapai ribuan sampai puluhan ribu
orang. Pada lokasi ini juga dilengkapi dengan gelanggang tempat adu kerbau dan
acara adu kerbau ini merupakan rangkaian upacara adat yang paling digemari para
tamu dan undangan termasuk para wisatawan domestik dan asing. Dalam dunia
modern sekarang ini yang membuat pesta adat semakin ramai dan pengorbanan
kerbau semakin banyak adalah karena ada anggapan bahwa siapa yang mampu
melaksanakan pesta adat yang besar maka dia dan keluarganya akan terangkat
status sosialnya, sedangkan yang tidak mampu melaksanakan pesta adat yang besar
status sosialnya terabaikan bahkan dianggap turun kelas, sehingga pesta adat
dewasa ini dapat dianggap sebagai pertarungan statussosial dalam masyakat adat
Toraja.
Pelaksanaan pesta adat merupakan pelayanan sosial terhadap masyarakat dimana
hewan yang disembelih/dipotong dagingnya dibagikan kepada tamu-tamu,seluruh
tetangga dan pemuka masyarakat serta tokoh agama dalam satu lembang/desa bahkan
kadang dalam 1 kecamatan.Pelaksanaan Rambu Solo lainnya dapat dilaksanakan
turun satu tingkat dengan pesta diatas dengan pemotongan kerbau puluhan sampai
ratusan kerbau. Dan acara yang paling kecil dengan hanya mengorbankan 1 ekor
kerbau dan acaranya hanya berlangsung 1 hari. Dalam pelaksanaan pesta adat
salah satu acara yang disukai para tamu dan para turis adalah nyanyian pujaan
terhadap orang yang meninggal yang disebut”Ma,badong” yang
menyanyikan status sosial dan kebaikan/ jasa-jasa almarhum/almarhumah semasa
hidupnya.Pemotongan kerbau pada pesta Rambu solo dimaksudkan bahwa roh
almarhum/almarhumah menunggangi salah satu kerbau yang teristimewa (kerbau
belang/bonga) dan kerbau-kerbau hitam lainnya menjaga dan mengiringi,
perjalanan roh si mati menuju alam nirwana keabadian dan juga semakin banyak
kerbau yang dikurbankan semakin cepat dosa si mati terhapuskan dan mendapat
tempat di sisi-NYA, dan makin banyak kerbau yang dikurbankan juga akan melambangkan
kelayakan kehidupan sang mendiang di alam baka. Dan banyaknya kerbau yang
dikurbankan selain menjaga keselamatan roh si mati menuju alam nirwana juga
secara tidak langsung akan meninggalkan ketentraman batin bagi seluruh keluarga
yang ditinggalkan didunia. Bahkan dipercaya bahwa kalau arwahnya sudah
disucikan maka dia akan menjadi orang suci yang selalu mengawasi dan menjaga
anak cucunya untuk selalu berbuat baik, mereka percaya bahwa rezeki dan hukuman
selama masih hidup didunia akan selalu diberikan oleh leluhur yang sudah hidup
suci di Nirwana.Klasifikasi kerbau berdasarkan penampilan eksterior dalam
masyarakat adat Tana Toraja.Secara umum orang Toraja membuat klaster kerbau
berdasarkan penampilan eksterior antara lain:
1. Tedong Saleko (Kerbau belang), Merupakan jenis Kerbau
yang sempurna belangnya dan posisi belangnya simetris diseluruh badan kerbau,
sehingga memiliki nilai status sosial yang sangat tinggi dan nilai
jualnya bisa mencapai Rp. 300 Juta per ekor
2.Tedong Bonga(kerbau belang), memiliki warna belang di
sebagian besar tubuhnya , termasuk yang belangnya hanya sebagian kecil
dibadannya. Nilai jualnya biasanya 50 juta sampai 175 juta tergantung
distribusi belang pada tubuh kerbau.
3. Tedong pudu' umumnya berbadan kekar dan warna hitam. Kerbau
jenis ini sangat kuat dalam bertarung. Pada acara adu kerbau pada pesta
kematian, kerbau pudu umumnya tampil sebagai petarung yang kuat. Harga jualnya
sekitar Rp.30 juta sampai dengan Rp. 100 juta.
4.Tedong Balian. Kerbau betina kebiri yang memiliki panjang
tanduk kurang lebih 2,5 meter. Nilai jualnya kadang lebih tinggi dari kerbau
belangRp.50 juta sampai 100 juta.
5. Tedong lotong boko, kerbau ini memiliki ciri ciri
warnanya kulitnya putih tetapi di pundaknya terdapat warna hitam yang simetris
antara kiri dan kanan, harga jualnya Rp. 50 juta sampai 80 juta.
6.Tedong sokko, kerbau ini memiliki tanduk yang arahnya
turun ke bawah dan hampir bertemu dibagan rahang bawah. Harganya antara Rp. 40
juta sampai 70 juta.
7.Tedong tekken langi kerbau ini memiliki tanduk 1
mengarah keatas dan yang satunya menghadap kebawah. Harganya sama dengan
tedong sokko yaitu antara Rp. 40 juta sampai 70 juta.
8.Tedong todi, kerbau berwarna
hitam tetapi di kepalanya(jidat) ada warna putih. Nilainya antara Rp. 15 juta
sampai 30 juta.
9.Tedong sambao. Warna buluhnya suram tidak hitam dan tidak
merah dan lasim disebut hambah kerbau. Merupakan kerbau yang paling murah.
Harganya antara Rp. 6 juta sampai 10 juta.
10.Tedong bulan, Kerbau ini keseluruhan kulitnya berwarna
putih, menurut legenda setempat jika seluruh tubuhnya berwarna putih (termasuk
matanya) maka kerbau ini tidak akan bisa hidup,dan masih banyak lagi jenis
kerbau yang sangat dihargai dan dihormati oleh masyarakat Toraja, dan tentu
juga kerbau tersebut memiliki nilai jual yang tinggi di banding dengan kerbau