Selasa, 13 Mei 2014

TEDONG TANA TORAJA

 TEDONG TANA TORAJA

Upacara kematian “Rambu Solo” ini t dilaksanakan berdasarkan status sosial yang meninggal sehingga pesta yang besar hanya dapat dilaksanakan kalangan atas saja, dan pesta yang paling tinggi disebut “Rapasan Sapu Randanan” dimana pestanya berlangsung 1 minggu dan menghabiskan ratusan ekor kerbau dan ribuan ekor ternak Babi. Pesta semacam ini dapat menghabiskan dana sampai puluhan milyar rupiah, dan konon kabarnya sebelum masyarakat Toraja mengenal peri kemanusiaan hamba yang meninggal ikut dikorbankan 1 orang  yang akan mengawal yang meninggal sampai di” Puya” atau Nirwana.  Tempat pelaksanaan pesta semacam ini umumnya dilaksanakan di suatu lapangan yang disebut “rante” dimana pada tempat ini dibangunpondok-pondok yang dapat menampuing tamu selama pesta berlangsung. Tamu yang datang tergantung dari jumlah kerabat dan diikuti sanak saudara  yang jumlahnya bisa mencapai ribuan sampai puluhan ribu orang. Pada lokasi ini juga dilengkapi dengan gelanggang tempat adu kerbau dan acara adu kerbau ini merupakan rangkaian upacara adat yang paling digemari para tamu dan undangan termasuk para wisatawan domestik dan asing. Dalam dunia modern sekarang ini yang membuat pesta adat semakin ramai dan pengorbanan kerbau semakin banyak adalah karena ada anggapan bahwa siapa yang mampu melaksanakan pesta adat yang besar maka dia dan keluarganya akan terangkat status sosialnya, sedangkan yang tidak mampu melaksanakan pesta adat yang besar status sosialnya terabaikan bahkan dianggap turun kelas, sehingga pesta adat dewasa ini dapat dianggap sebagai pertarungan statussosial dalam masyakat adat Toraja.

Pelaksanaan pesta adat merupakan pelayanan sosial terhadap masyarakat dimana hewan yang disembelih/dipotong dagingnya dibagikan kepada tamu-tamu,seluruh tetangga dan pemuka masyarakat serta tokoh agama dalam satu lembang/desa bahkan kadang dalam 1 kecamatan.Pelaksanaan Rambu Solo lainnya dapat dilaksanakan turun satu tingkat dengan pesta diatas dengan pemotongan kerbau puluhan sampai ratusan kerbau. Dan acara yang paling kecil dengan hanya mengorbankan 1 ekor kerbau dan acaranya hanya berlangsung 1 hari. Dalam pelaksanaan pesta adat salah satu acara yang disukai para tamu dan para turis adalah nyanyian pujaan terhadap orang yang meninggal yang disebut”Ma,badong” yang menyanyikan status sosial dan kebaikan/ jasa-jasa almarhum/almarhumah semasa hidupnya.Pemotongan kerbau pada pesta Rambu solo dimaksudkan bahwa roh almarhum/almarhumah menunggangi salah satu kerbau yang teristimewa (kerbau belang/bonga) dan kerbau-kerbau hitam lainnya menjaga dan mengiringi, perjalanan roh si mati menuju alam nirwana keabadian dan juga semakin banyak kerbau yang dikurbankan semakin cepat dosa si mati terhapuskan dan mendapat tempat di sisi-NYA, dan makin banyak kerbau yang dikurbankan juga akan melambangkan kelayakan kehidupan sang mendiang di alam baka. Dan banyaknya kerbau yang dikurbankan selain menjaga keselamatan roh si mati menuju alam nirwana juga secara tidak langsung akan meninggalkan ketentraman batin bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan didunia. Bahkan dipercaya bahwa kalau arwahnya sudah disucikan maka dia akan menjadi orang suci yang selalu mengawasi dan menjaga anak cucunya untuk selalu berbuat baik, mereka percaya bahwa rezeki dan hukuman selama masih hidup didunia akan selalu diberikan oleh leluhur yang sudah hidup suci di Nirwana.Klasifikasi kerbau berdasarkan penampilan eksterior dalam masyarakat adat Tana Toraja.Secara umum orang Toraja membuat klaster kerbau berdasarkan penampilan eksterior antara lain:
1. Tedong Saleko (Kerbau belang), Merupakan jenis Kerbau yang sempurna belangnya dan posisi belangnya simetris diseluruh badan kerbau, sehingga memiliki nilai status sosial yang sangat tinggi dan nilai jualnya  bisa mencapai Rp. 300 Juta per ekor
2.Tedong Bonga(kerbau belang), memiliki warna belang di sebagian besar tubuhnya , termasuk yang belangnya hanya sebagian kecil dibadannya. Nilai jualnya biasanya 50 juta sampai 175 juta  tergantung distribusi belang pada tubuh kerbau.
3. Tedong pudu' umumnya berbadan kekar dan warna hitam. Kerbau jenis ini sangat kuat dalam bertarung. Pada acara adu kerbau pada pesta kematian, kerbau pudu umumnya tampil sebagai petarung yang kuat. Harga jualnya sekitar Rp.30 juta sampai dengan Rp. 100 juta.
4.Tedong Balian. Kerbau betina kebiri yang memiliki panjang tanduk kurang lebih 2,5 meter. Nilai jualnya kadang lebih tinggi dari kerbau belangRp.50 juta sampai 100 juta.
5. Tedong lotong boko, kerbau ini memiliki ciri ciri warnanya kulitnya putih tetapi di pundaknya terdapat warna hitam yang simetris antara kiri dan kanan, harga jualnya Rp. 50 juta sampai 80 juta.
6.Tedong sokko, kerbau ini memiliki tanduk yang arahnya turun ke bawah dan hampir bertemu dibagan rahang bawah. Harganya antara Rp. 40 juta sampai 70 juta.
7.Tedong tekken langi  kerbau ini memiliki tanduk 1 mengarah keatas dan yang satunya menghadap kebawah. Harganya  sama dengan tedong sokko yaitu antara Rp. 40 juta sampai 70 juta.
8.Tedong todi,    kerbau berwarna hitam tetapi di kepalanya(jidat) ada warna putih. Nilainya antara Rp. 15 juta sampai 30 juta.
9.Tedong sambao. Warna buluhnya suram tidak hitam dan tidak merah dan lasim disebut hambah kerbau. Merupakan kerbau yang paling murah. Harganya antara Rp. 6 juta sampai  10 juta.
10.Tedong bulan, Kerbau ini keseluruhan kulitnya berwarna putih, menurut legenda setempat jika seluruh tubuhnya berwarna putih (termasuk matanya) maka kerbau ini tidak akan bisa hidup,dan masih banyak lagi jenis kerbau yang sangat dihargai dan dihormati oleh masyarakat Toraja, dan tentu juga kerbau tersebut memiliki nilai jual yang tinggi di banding dengan kerbau