Senin, 12 Mei 2014

METODE PRODUKSI BATUBARA

Metode Produksi Batubara 

Langkah 1. Eksplorasi & Pengembangan
Tahap pertama untuk setiap operasi produksi batubara adalah eksplorasi dan pengembangan. Hal ini dilakukan untuk mencari dan menentukan metodologi yang paling tepat untuk mengekstrak batubara.

Eksplorasi dan pengembangan melibatkan upaya gabungan dari ahli geologi, insinyur geoteknik, insinyur pertambangan, ahli teknologi batubara dan surveyor.

Geolog bertanggung jawab untuk mengetahui bentuk, ukuran dan kualitas cadangan batubara dan untuk membuat sebuah model komputer.

Model ini digunakan oleh para insinyur pertambangan untuk merencanakan dan mengelola proses penambangan dengan mempertimbangkan:
  1. Stabilitas dinding tambang.
  2. Penjadwalan produksi batubara pada tingkat kualitas yang konsisten.
  3. Mengontrol rembesan air tanah dan limpasan air hujan.
  4. Desain pengurukan dan blok pertambangan untuk meminimalkan penyingkaran overburden.
  5. Mengoptimalkan penyebaran peralatan dan produktivitas.
  6. Meminimalkan gangguan operasional.
  7. Mengoptimalkan proses pengeboran dan peledakan.
Surveyor men-suport ahli geologi dan insinyur pertambangan dengan memastikan akurasi data yang diperlukan untuk pemodelan deposit. Surveyor juga mengkonfirmasi bahwa rencana insinyur tambang telah akurat dan tercermin dalam rancang pengembangan tambang.
Setelah lahan telah disiapkan pertambangan dapat dimulai.

Langkah 2. Pertambangan
Pertambangan dapat dilakukan melalui metode pertambangan terbuka atau pertambangan bawah tanah. Sebagian besar pertambangan saat ini dilakukan lewat pertambangan terbuka. Proses penambangan ini melibatkan pemindahan tanah dan ekstraksi batubara, dan dapat dianggap sebagai empat operasi yang berbeda:

1. Topsoil
Tanah lapisan atas disingkirkan dari tambang dan dibawa langsung ke areal rehabilitasi yang sudah ada atau ditimbun untuk digunakan nantinya. Operasi ini dilakukan dengan menggunakan dozer, front end loader dan truk.

2. Laterit
Batu penutup (hingga ketebalan 2 meter) di-'robek' oleh dozer atau diledakkan, dan diambil untuk digunakan sebagai bahan untuk permukaan jalan.

3. Overburden
Semua overburden disingkirkan dari 'Nakina Formation' yang dibor dan diledakkan, biasanya menggunakan campuran amonium nitrat dan bahan bakar minyak (ANFO, ammonium nitrate and fuel oil).
Setelah peledakan, overburden dimuat oleh eksavator hidrolik atau front end loader ke dump truck dan dibawa ke tempat pembuangan overburden.

4. Batubara
Setelah overburden telah disingkirkan dari lapisan batubara, bagian atas lapisan dibersihkan dengan menggunakan buldoser. Lapisan batubara kemudian dibor dan diledakkan. Buldoser mengambil batubara, dan kemudian loader front end dan truk mengangkut batubara ke fasilitas pemrosesan atau langsung ke stasiun pembangkit listrik.

Di beberapa daerah, batubara dapat dimuat langsung ke truk menggunakan backhoe besar, tanpa perlu menggunakan bulldozer. Setelah diekstraksi, batubara itu kemudian diproses.

Langkah 3. Pengolahan
Pengolahan melibatkan menghancurkan, penyaringan dan benefisiasi:

Penghancuran
Batubara yang ditambang dapat berupa potongan berukuran hingga satu meter, sehingga diperlukan proses untuk penghancuran sampai ke ukuran yang diperlukan. Penghancuran batubara dapat mencakup dua tahapan proses, tergantung pada ukuran deposit.

Penghancuran Satu: Breaker Feeder

Batubara dihancurkan dalam feeder breaker: conveyor dengan ujung drum bergigi untuk menghancurkan potongan terbesar.

Penghancuran Dua: Sizer

Ukuran batubara yang terlalu besar dikurangi menggunakan sizer, dimana setiap bahan yang terlalu besar dikurangi ukurannya hingga menjadi kurang dari 75 milimeter.

Penyaringan
Penyaringan/screaning digunakan untuk memisahkan ukuran batubara yang telah dihancurkan. Dalam proses ini batubara kasar dan halus dipisahkan untuk mengakomodasi pasar yang spesifik dan untuk penggunaan industri. Penyaringan berlangsung di sebuah fasilitas pengolahan yang berdekatan dengan tambang.

Benefisiasi /pencucian
Selama benefisiasi, batubara diproses untuk menghilangkan kotoran serta mengurangi abu dan sulfur sehingga meningkatkan nilai pasar batubara. Benefisiasi dapat meningkatkan kualitas batubara, dengan jalan meningkirkan bahan kontaminan.
Proses pembersihan sebagian besar melibatkan mencuci batubara dalam rangka untuk memisahkan partikel batubara dengan partikel lainnya.

Charring
Batubara dapat dihanguskan (charring), yaitu proses dimana hidrogen dan oksigen dikeluarkan dari batubara agar batubara tersebut lebih murni karbon. Setelah diproses sesuai dengan spesifikasi, batubara dimuat dan diangkut.

Langkah 4. Memuat & Transportasi

Persiapan batubara untuk dijual kepada pelanggan industri biasanya merupakan aspek integral dari operasi pertambangan batubara besar. Persiapan batubara melibatkan menghancurkan, penyaringan dan loading ke truk dan kereta api. Berbagai produk diproduksi sesuai spesifikasi berdasarkan ukuran dan kualitas.

Sebagian besar batubara diangkut menggunakan kereta api. Selain itu batubara juga diangkut menggunakan truk dan kapal tongkang. Sedangkan untuk jarak pendek biasanya pengangkutan batubara dilakukan dengan menggunakan belt konveyor. Batubara dapat pula diangkut/disalurkan dalam bentuk "bubur batubara".

Langkah 5. Rehabilitasi
Memulihkan lingkungan kembali ke keadaan alaminya.

Rehabilitasi lokasi tambang penting untuk kelestarian lingkungan. Rehabilitasi melibatkan mengembalikan tanah ke keadaan alami melalui revegetasi dan regenerasi ekosistem alam. Kerja untuk mengembalikan daerah terganggu dilakukan dengan sesegera mungkin. Tujuan rehabilitasi tambang adalah untuk menciptakan bentuk struktural lahan yang stabil dan mampu mendukung penggunaan produktif di masa depan.

Rehabilitasi melibatkan proses yang komprehensif, yaitu mengelompokkan bahan overburden, recontouring lahan, pembibitan dan regenerasi.

1. Klasifikasi Materi Overburden 
Materi Overburden diklasifikasikan menurut potensinya untuk menimbulkan dampak geokimia (acid rock drainage) terhadap lingkungan. Pembuangan material dilakukan sehingga bahan terbaik berada di dekat permukaan dan bahan lainnya ditaruh di tengah.

2. Recontouring Tanah
Ketika bentang alam tidak lagi diperlukan untuk tujuan pertambangan, recontoure dilakukan hingga sekitar 10 derajat untuk mengendalikan limpasan air permukaan dan untuk memastikan kestabilan lereng. Tanah lapisan atas kemudian disebar hingga kedalaman 150 milimeter sebelum daerah ini disemai dan ditaburi bibit dengan vegetasi asli setempat.

3. Penyemaian
Areal rehabilitasi biasanya disemai sebelum musim hujan, karena pada awalnya bibit akan rentan terhadap kerusakan erosi sampai memasuki proses perkecambahan dan perkembangan akar. Biasanya lahan direhabilitasi awal dengan spesies rumput. Pendekatan ini dipilih untuk menstabilkan lereng dengan cepat untuk mencegah erosi. Dan juga diupayakan untuk ditanami dengan flora asli.

4. Kelahiran kembali
Spesies asli tidak berkecambah dan berkembang dengan cepat, sehingga potensi erosi bisa terjadi. Untuk itu perlu dikembangkan strategi pemilihan bibit yang bisa melewati proses kritis rehabilitasi. Hingga akhirnya vegetasi alami dapat ditanami, dan lahan terlahir kembali ke kondisi awalnya (mendekati).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar